Pendidikan siswa di sekolah menengah kejuruan tak bisa lagi hanya menyiapkan tenaga kerja siap pakai di dunia usaha dan industri. Para siswa yang telah ditingkatkan kompetensinya sesuai kebutuhan dunia kerja perlu juga dibekali kemampuan berwirausaha agar bisa mandiri.
Kajian Bank Dunia, keterserapan lulusan SMK di dunia kerja berkisar 70 persen. Bekal kemampuan berwirausaha membuat lulusan SMK yang tidak terserap dunia kerja bisa mandiri. Joko Sutrisno, Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengatakan, pendidikan kewirausahaan menjadi bagian dari pembelajaran.
”Di SMK wajib dilaksanakan latih dagang untuk siswa. Pokoknya, semua program keahlian harus sampai pada mata rantai menjual dan mengembangkan. Ini mengajarkan kewirausahaan yang nyata kepada siswa,” kata Djoko di Jakarta, Kamis (26/1).
Pengembangan modal wirausaha disediakan secara terbatas untuk 150-200 SMK. Setiap sekolah diberi modal Rp 150 juta untuk mewujudkan kewirausahaan di lingkungan sekolah, yang melibatkan siswa untuk beragam program keahlian.
Djlamprong Kartiko, konsultan SMK dan praktisi industri, mengatakan, potensi SMK saat ini sebenarnya bisa menjadi modal untuk mengembangkan beragam produksi dalam negeri.
”Pemberdayaan di SMK ini harus menjadi target supaya tidak sekadar menyiapkan tenaga kerja siap pakai. Potensi di SMK itu bisa dipakai untuk mendorong lahirnya industri lokal secara kerja sama dengan industri,” kata Kartiko.
Sejumlah SMK mampu mengembangkan kewirausahaan. Di SMK pertanian, misalnya, penguatan kompetensi siswa SMK membuahkan produk olahan pertanian yang bernilai tambah.
Koperasi dan kerja sama
Pengembangan kewirausahaan untuk siswa SMK mulai menarik perhatian sejumlah pengusaha.
Peluang kerja sama SMK- industri mengembangkan kewirausahaan di sekolah terbuka salah satunya lewat koperasi sekolah.
PT Bimmer yang mengembangkan retrofit motor hybrid (sepeda motor bisa menggunakan energi listrik ataupun bahan bakar minyak), misalnya, berencana menggandeng 50 SMK jurusan otomotif. Program ini mendorong koperasi sekolah sebagai wadah pengembangan kewirausahaan pemula.
”Kendalanya, sekolah belum punya bengkel standar. Program ini butuh dukungan Kementerian Koperasi dan UKM agar koperasi sekolah bisa berjalan,” kata Tutuko Wirjoatmoatmodjo dari PT Bimmer. (ELN)
Comments[ 0 ]
Posting Komentar