Center for International Forestry Research (CIFOR) meluncurkan Peta Wisata dan Belanja Mebel Jepara pada Kamis (12/7/2012).
Peta ini diharapkan bisa memberdayakan pengrajin setempat yang sebenarnya punya keahlian namun kurang mendapat keuntungan.
Herry Purnowo, ilmuwan dari CIFOR mengungkapkan, pengrajin Jepara saat ini menghadapi beberapa masalah seperti tuntutan memproduksi kerajinan "hijau", pasokan kayu yang tak sesuai kebutuhan dan lainnya. Salah satu masalah adalah penghasilan yang sedikit.
"Antara pengrajin dan pembeli ada banyak orang yang berada di tengah atau pengepul. Harga kerajinan bisa menjadi mahal tapi margin yang diperoleh pengrajin dari penjualan sangat minim," ungkap Herry.
Pengepul atau middleman bisa jadi tak cuma satu pihak. Salah satu faktor munculnya pengepul adalah keterbatasan pengrajin yang belum bisa berhubungan dengan pembeli secara langsung.
"Dengan peta ini, pembeli dan pengrajin bisa lebih dekat. Kalau-tahu petanya, pembeli bisa datang langsung ke tempat pengrajin," kata Herry. Harapannya, rantai perdagangan yang lebih pendek bisa memberi kesempatan pengrajin meraih keuntungan lebih besar.
Peta wisata dan belanja mebel Jepara memuat 8 wilayah sentra kerajinan. Wilayah itu diantaranya Senenan yang menjadi sentra ukiran relief, Mulyoharjov sebagai sentra kerajinan patung dan Tahunan yang merupakan showroom mebel sepanjang 6 km.
Peta dikemas dalam bentuk buklet dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia. Herry berharap, dengan peta yang berupaya memperpendek rantai perdagangan kerajinan ini, pengrajin bisa mendapatkan keuntungan lebih besar.
Selain meluncurkan peta wisata, CIFOR juga meluncurkan buku "Pelangi di Tanah Kartini". Buku tersebut menyuguhkan kisah inspiratif 6 orang pengrajin Jepara yang berjuang mepertahankan eksistensi kerajinan Jepara di tengah beragam tantangan.
Comments[ 0 ]
Posting Komentar