Kerajinan Jepara mengalami kemajuan sekaligus kemunduran. Di satu sisi, minat mengembangkan desain kerajinan meningkat tapi di sisi lain minat menekuni ukiran menurun.
Achmad Zainudin K, perajin mebel anak asal Jepara mengatakan, perkembangan desain bisa dilihat dari karya para perajin generasi muda. Desain mebel sebagai salah satu bentuk kerajinan mulai beragam.
"Memang tidak berubah secara radikal. Tapi mulai ada desain baru. Tetap mengangkat unsur lokal tapi ada pengembangan," ungkap Zainudin saat ditemui Kompas.com, Kamis (12/7/2012) di Jepara.
Perkembangan desain sedikit banyak dipengaruhi oleh adanya Sekolah Tinggi Teknologi Desain (STTDNU). Alumni STTDNU banyak yang bergelut di dunia kerajinan. Mereka juga membangun komunitas bernama Desain Jepara (DJ).
"Di komunitas, mereka berbagi sekaligus bisa mensosialisasikan desain-desain baru. Ini bisa memacu bentuk kerjasama baru antara desainer dan perajin. Ini hal yang positif sebenarnya," papar Zainuddin.
Di sisi lain, berkurangnya minat generasi muda untuk mengukir diungkapkan oleh Intiyah, pengukir perempuan Jepara berusia 33 tahun yang sudah menekuni seni ukir sejak usia 17 tahun.
"Minat yang muda-muda untuk mengukir itu sudah berkurang. Kalau dulu, dari 10 orang, 8 berminat belajar mengukir. Sekarang itu dari 20 malah cuma 5 yang berminat mengukir," ungkapnya.
Sutrisno, perajin lain, mengungkapkan bahwa berkurangnya minat disebabkan karena proses belajar mengukir yang membutuhkan waktu lama. Untuk bisa mencapai tahap mengukir relief, bisa butuh waktu lebih dari 10 tahun untuk menjadi ahli.
"Lalu juga karena yang muda memang sudah tidak dekat dengan ukiran," kata Sutrisno. Banyak keluarga yang sukses di industri mebel pada tahun 90-an namun lupa mengenalkan penerusnya pada ukiran.
Kreativitas dalam mendesain memang perlu diapresiasi. Namun, berkurangnya minat generasi muda dalam mengukir juga perlu diwaspadai. Pasalnya, Jepara terkenal dengan seni ukirnya. Punya desainer tapi tak punya pengukir, ibarat perencana tak punya eksekutor.
"Kalau sampai tidak ada yang belajar mengukir, ya akibatnya pada kerajinan ukir itu sendiri. Nanti Jepara tidak ada kerajinan ukir lagi kalau begitu," papar Intiyah.
Sutrisno mengatakan, diperlukan upaya untuk meningkatkan minat generasi muda dalam mengukir. Salah satu caranya adalah menggelar kompetisi ukir tanpa dibatasi tema sehingga setiap orang bebas membuat karya.
Comments[ 0 ]
Posting Komentar